Saving all my goods and throw away all bads from this generation

I have come to my very moment of breathing alone and straight... Idealism is there with me. Reaching out from the habit by pursuing the need of self and people around.
I guess life is asking me to explore it

Sabtu, 06 April 2013

Si Hujan, Si Media, dan Saya


HUJAN
Hari-hari ini banyak sekali penulis yang berbicara tentang Hujan. Hujan nampaknya memberikan suatu pengaruh besar dalam kehidupan. I think si Hujan berhasil menjadi sangat popular karena hampir setiap hari dibahas oleh banyak sekali orang. Dan lagi Hujan hampir selalu mampu mengontrol banyak kejadian, keputusan, bahkan perasaan.

Tidak sedikit orang berdoa dan menanti-nantikan si Hujan setiap waktu. Tapi, ternyata tidak sedikit juga orang yang berdoa mengutuki dan menghardik si Hujan supaya jangan turun dan atau berhenti turun. Banyak juga muda mudi yang senang berhujan-hujanan. Menurut mereka,”It is sexy”.  Anak kecil pun tidak mau kalah, mereka juga senang berhujan-hujanan, to them “Theres’s nothing more excited than to go out, playing under and through the rain”. Now, coba kamu ingat-ingat dulu masa kecilmu bersama si Hujan. How did you find it?

Media bagi hujan...
Apa kamu pernah berpikir tentang peran hebat teman kita yang bernama Media? Setalah saya pikir-pikir, ternyata si Media itu cukup ‘ember’dan ‘dramatis’, terutama Media bermarga Elektronik. Let’s say beberapa videp klip, sinetron atau film-film. Mereka suka banget mengungkit-ungkit soal Hujan. Mereka juga meracuni pikiran saya tentang Hujan. Kalau saya ingat-ingat, waktu kecil saya senang sekali bermain bersama si Hujan. Kalau si Hujan datang, saya menyambutnya dengan meriah. Tetapi semua berbeda ketika saya beranjak dewasa, saya banyak memilih untuk membatasi dalam berinteraksi dengan hanya melihat si Hujan dari teras rumah saja, atau dari balik jendela kamar saya, bahkan saya terpaksa menahan diri untuk tidak bertemu atau sekedar melihatnya, karena mendengarnya saja sudah cukup menambah pilu, ngilu, dan linu. Hujan yang dulu sering menghibur saya, sekarang menjadi pembawa kegalauan nomer satu.Tapi tunggu dulu!! I have come to a reality bahwa ternyata yang buat saya merasa sedih ketika si Hujan datang itu karena banyak banget visualisasi dari kesedihan yang muncul di video klip lagu-lagu yang sedih, sinetron ato film-film yang pernah saya tonton itu. Mereka berhasil men-dragged saya sampai-sampai saya selalu menghubungkan hujan sama semua kesedihan. 

Di sisi lain, kalau saya boleh sedikit menghubung-hubungkan teori hujan dengan apa yang saya mengerti, galau itu datangnya dari kita sendiri. Sama seperti hujan yang berasal dari air di bumi yang mengalami penguapan di bumi lalu dibawa ke awan di atas sana dan ketika awannya sudah ‘keberatan’ menanggung uap, maka ‘jatuh’lah si Hujan ke bumi (kembali).  I think, that is what happens to human beings. Kita kadang memproses kesedihan terlalu jauh, dan menumpuk memori kesedihan kita dalam perasaan yang sebenarnya rapuh, dan saat itu ketika sudah tak sanggup membendungnya, kegalauan tingkat “HUJAN” pun bisa mengambil alih perasaan kita. Entah cuman gerimis, hujan lumayan lebat, hujan lebat sekali, sampai hujan badai. Ketika kita tidak bisa me-maintain perasaan kita maka apa yang saya katakan tentang media sebagai unsur eksternal dalam hal ‘kegalauan’ kita, akan berhasil membuat saya (mungkin banyak orang juga) merasa hujan adalah kemarahan atau kesedihan langit yang ingin dan harus ditumpahkan ke bumi. Bukan cuman suatu proses alam yang terjadi, dan memaksa kita untuk kembali mengingat-ingat kesedihan kita di masa lalu.

Coba pikirkan teori hujan, pengaruh media, dan penguasaan dirimu. Kamu akan tahu, betapa banyak alasan lain untuk bersedih tanpa harus membawa-bawa si Hujan, dan terlalu banyak juga hal yang asyik dilakukan bersama si Hujan. Satu lagi, si Media itu sebenarnya tidak punya hak membuat kamu kecanduan untuk bersedih hati.

1 komentar:

  1. True skali...tulisan yang membuka pikiran. Memang betul e Hujan tu slalu bikin galau, padahal kalau dipikir2 Hujan has nothing to do with my sadness atau sa tra pernah mengalami hal yg menyedihkan pas hujan in the past you know. Jadi ingat film india loh...ahhahahah....anyway...pengaruh media sa setuju.ini memang karna media dan penguasaan diri.

    BalasHapus